Empat Mata. Bukan Empat Mata. Thukul Arwana.
Tampil hampir tiap malam di Trans Tivi Tujuh. Berjas. Berdasi. Selebriti.
Apakah ia tampan ? Aaaahh ! Mengapa begitu fenomenal ?
Tentu ada sesuatunya. Yah - memang. Inilah dia.
The Zen of Thukul :
Nyinau ngenyek eleke dhewe
Dipuja disanjung ora mabur
Saya dienyek saya sumeleh *
Yang paling sulit bagi kita adalah menerima kekurangan. Lebih sulit lagi menerima hinaan atau ejekan akibat kekurangan itu. Kita gendut dikatakan ikan buntal. Kita kurus dikatakan ikan layur. Kita pun meradang.
Dua selebriti cantik hingga hari ini pun masih berselisih paham. Apa masalahnya ? Masalahnya - yang satu mengatakan yang lain nggak level. Nggak Level ? Aku nggak level ? Aku ? Dan mereka pun terus saling mencabik.
Kita memang harus belajar dari Thukul. Sang Master Thukul. Belajar the Zen of Thukul.
Thukul merubah hinaan dan ejekan menjadi guyonan.
Kejelekan diri sendiri malah dijadikan modal.
Sang Aku dikompres total.
Di sini kekuatan seorang Thukul.
Nyinau ngenyek eleke dhewe -
belajar mentertawakan diri sendiri
Dipuja disanjung ora mabur -
dipuja disanjung tidak takabur
Saya dienyek saya sumeleh -
semakin dihina semakin bahagia
Hasilnya . . . ?
Terpanalah kita.
Tigapuluh juta sekali penampilan.
Satu iklan berharga milyaran.
The Zen of Thukul.
Master Zen mencapai Pencerahan.
Master Thukul mencapai kemapanan.
The Zen of Thukul.
Seni mentertawakan diri sendiri.
Seni merubah hinaan menjadi kebahagiaan.
Seni merubah ejekan menjadi kebanggaan.
Kebanggaan ditonton jutaan pemirsa tiap malam -
Di cium cewek cantik di setiap penampilan.
The Zen of Thukul Arwana !!
* kutipan dari Ajaran Kawruh Jiwa - Ki Ageng Suryomentaram. Hasil ngintip di tempat sahabat saya - Gregorius Gesi Raja - seorang siswa Kawruh Jiwa.