Senin, 07 Juni 2010

26. Om Mani Padme Hum













Ilusrasi Gambar - dari kiri ke kanan :

Permata - sebagai ilustrasi saya pilihkan di sini batu Amethyst berwarna ungu - warna spiritual - sebagai lambang dari Cintakasih / Compassion


Tulisan Om Ma Ni Pad Me Hum dalam aksara Bahasa Tibet

Teratai - saya pilihkan juga yang berwarna ungu - sebagai lambang dari Kebijaksanaan / Wisdom


 
Sebuah pertanyaan tentang Hakekat Kehidupan yang amat dalam : Apakah yang dapat menghubungkan manusia dengan Hakekat Kehidupan yang Tertinggi? Apakah yang menghubungkan manusia dengan apa yang merupakan Sumber - Asal Muasal segala sesuatu - Tuhan - sang Khalik Semesta Alam - Thian - Pencerahan Sempurna - atau apa pun istilah-nya?

Mantram Om Ma Ni Pad Me Hum secara gamblang memberikan jawaban. Dua tali penghubung yang tak terpisahkan satu dari yang lain - adalah : Yang pertama adalah Cintakasih dan yang ke dua adalah Kebijaksanaan. Cintakasih dan Kebijaksanaan. Compassion and Wisdom. Karuna dan Pradnya. the Jewel and the Lotus - Mani dan Padme : Permata dan Teratai - masing masing sebagai lambang dari Cintakasih dan Kebijaksanaan. Dan pesan pun kemudian menjadi jelas : Hanya dengan Cintakasih dan Kebijaksanaan lah - seorang manusia dapat mencapai Hakekatnya yang Tertinggi.

Apabila di analisa - kata Om berarti Sumber - Asal Muasal - Tao - Thian - Tuhan atau apa pun istilahnya. Sedangkan Hum - berarti diri - kita - manusia. Di antara Om dan Hum terbentang Mani dan Padme. Mani adalah Permata - lambang dari Cintakasih. Padme - Teratai - lambang dari Kebijaksanaan. Om terhubung dengan Hum - melalui Mani dan Padme.

Om Ma Ni Pad Me Hum adalah nama dari sebuah mantram yang ditujukan pada Bodhisattva Avalokitesvara - Getaran Cintakasih dan Belaskasih Semesta. Ia merupakan salah satu dari dua Mantram Utama - dua Mantram Agung - di samping mantram Maha Karuna Dharani / Da Bei Zhou - mantram lain bagi sang Avalokitesvara.

Mantram Om Ma Ni Pad Me Hum terdiri dari 6 suku-kata yang juga melambangkan 6 Alam Kehidupan - dan tiap suku-kata ditulis dalam satu warna tertentu :

Om - Putih - melambangkan Alam Dewa
Ma - Hijau - melambangkan Alam Asura
Ni - Kuning - melambangkan Alam Manusia
Pad - Biru - melambangkan Alam Binatang / Hewan
Me - Merah - melambangkan Alam Peta / Preta
Hum - Hitam - melambangkan Alam Neraka

Orang Tibet konon amat terobsesi dengan mantram Om Ma Ni Pad Me Hum ini. Tulisan mantram ini dipercaya sangat efektif apabila dituliskan di batu-batu besar, juga ditulis di Alat Pemutar Mantram atau juga di bendera-bendera. Begitu hormatnya orang Tibet pada Om Ma Ni Pad Me Hum ini hingga tulisan mantram ini walau-pun misalnya hanya tertulis pada sehelai kertas - tidak akan dibuang atau dilempar secara sembarangan. Tulisan mantram Om Ma Ni Pad Me Hum mereka percaya dapat memberikan perlindungan dan berkah - mungkin semacam kertas Hu dalam Taoisme akar rumput yang juga dipercaya dapat membawa satu pengaruh tertentu - tergantung pada tulisan apa yang ada pada Hu tersebut.

Mantram Om Ma NI Pad Me Hum ini muncul pertama kali pada sekitar tahun 1050 Masehi - tertulis dalam Sutra Karandavyuha - yang merupakan bagian dari Kumpulan Sutra-Sutra Buddhisme Mahayana.

Karena sangat terkesan - atau terobsesi bahkan - oleh perlambang Karuna dan Pradnya - Cintakasih dan Kebijaksanaan ini - yang bagi saya terasa sangat mengena - saya pun ikut-ikutan menempatkan lambang Cintakasih dan Kebijaksanaan ini di Altar Puja di rumah. Di bagian tengah Altar Puja - saya tempatkan rupang sang Buddha Sakyamuni. Mungkin perlu saya jelaskan bahwa Buddha bukanlah nama seseorang. Kata 'Buddha' mengacu pada Tingkat Spiritual Tertinggi yang dapat dicapai. 'Buddha' berarti 'Yang telah Terbangun'. 'Yang Tersadar'. ' Yang Tercerahkan'.

Di sebelah kanan - sebagai lambang Karuna / Cintakasih - saya letakkan rupang Bodhisattva Avalokitesvara dalam tampilannya sebagai Mahadewi Guan Yin / Kwan Iem - Bodhisattva Avalokitesvara dalam versi Tiongkok.

Sedang sebagai lambang Pradnya / Kebijaksanaan - saya tempatkan rupang Mi Le Fo / Bi Lek Hud - sang Buddha Masa depan - Buddha Maitreya - yang dalam versi Tiongkok digambarkan sebagai seorang Buddha Gendut yang selalu Tertawa Gembira.

Lambang Kebijaksanaan dalam Buddhisme memang dapat dilambangkan sebagai Mi Le Fo - atau dalam Buddhisme Mahayana India - seringkali dilambangkan sebagai Bodhisattva Manjusri atau Bodhisattva Vajrapani.


penutup . . . . .

Candi Mendut. Sebuah candi sakral yang telah berusia lebih dari seribu tahun - terletak di desa Mungkid - kabupaten Magelang. Candi Mendut merupakan satu rangkaian dalam Tritunggal Candi Borobudur - Mendut - Pawon. Kemungkinan besar - pada masanya dulu - Candi Mendut ini lebih berperan sebagai Tempat Pemujaan.

Memasuki bilik Candi Mendut - kita akan langsung berhadapan dengan rupang sang Buddha - sang Maha Buddha Vairocana - setinggi 3 meter terbuat dari satu batu utuh - yang mudah dikenali dari posisi tangan-nya yang dalam mudra Dharmacakramudra - mudra Pembabaran Dharma kepada umat manusia. Inilah lambang dari Pencapaian Spiritual Tertinggi - pemahaman dari Hakekat Kehidupan yang Tertinggi.

Di sebelah kanan-nya - menghadap ke Selatan - rupang Bodhisattva Avalokitesvara tampil terlihat duduk di atas sebuah teratai. Bodhisattva Avalokitesvara melambangkan Cintakasih. Arti harafiah dari kata 'Avalokitesvara' adalah 'Ia yang melihat dan mendengar Jeritan Penderitaan Makhluk'.

Di sebelah kiri - menghadap ke Utara - kita dapati rupang Bodhisattva Vajrapani sebagai lambang dari Kebijaksanaan.

Ruang dalam bilik Candi Mendut memang kadang tampak agak gelap. Ketika saya berada di sana waktu itu - kebetulan tidak ada orang lain - selain diri saya sendiri. Saya pun mencoba duduk dan bermeditasi - dan segera terasa suasana yang sangat hening dan sakral. Keheningan yang dalam itu - mengingatkan saya pada Armyn Pane - seorang penyair indonesia - yang pernah menulis tentang Candi yang satu ini dalam salah satu karya puisinya :



Waktu berhenti di tempat ini.
Tiada gerak. Diam semata.
Hening sejenak, aku merasa -
Alam menyatu di dalam diri.

Dalam keheningan meditasi - memang terkadang manusia dapat merasakan kesatuan dengan Semesta - karena bagaimana pun manusia memang bagian dari pada Nya. 'Alam menyatu di dalam diri' - demikian penyair alam Armyn Pane mengungkapkannya. 'Manusia adalah bagian tak terpisahkan dari Alam' - demikian kata Lao Tse. 'Anatta' - demikian penjelasan sang Buddha. 'Dukkha, Anicca, Anatta'. 'An-Atta'. Tiada secuil pun bagian dari diri kita yang terpisah. Segala sesuatu - yang terkecil sekali pun adalah bagian dari Yang Esa.

______________


Mantram Om Ma Ni Pad Me Hum dengan alunan musiknya yang sangat indah - pertama kali saya kenal pada tahun 2000 - ketika secara tak sengaja saya mendapatkan kaset dan CD nya di sebuah toko di kota Semarang.

Di samping mantram yang sangat indah ini - ada juga mantram lain yang juga sangat saya kagumi yaitu mantram Maha Karuna Dharani / Da Bei Zhou yang tak kalah indahnya dan yang juga ditujukan pada Bodhisattva Avalokitesvara. Da Bei Zhou - nama dalam Bahasa Mandarin / Han Yi - ini secara harafiahnya berarti Maha Cintakasih - Cintakasih yang Tak Terbatas. Demikian arti dari mantram yang satu ini. Ia pun sering dihubungkan dengan Avalokitesvara ber-Tangan Seribu. (Qianshou Guan Yin). Avalokitesvara ber-Tangan Seribu yang dengan seribu tangan-nya dapat menggapai dan menolong makhluk menderita di mana-pun berada. Sebuah penggambaran yang romantis.

Masih ada juga mantram lain - yaitu Mantram Arya Sanghata - sebuah mantram yang mengilustrasikan sebuah janji - atau bahkan sumpah - dari Bodhisattva Shantideva untuk selalu turun menolong meringankan penderitaan makhluk. Sebuah mantram yang sangat menyentuh. Kemudian juga - ada sebuah mantram sakral yang ditujukan kepada sang Maha Buddha Vairocana. Saya tidak tahu persis judulnya - tetapi alunan musik yang mengalun dari mantram ini terdengar sungguh sakral dan penuh wibawa.

Om Ma Ni Pad Me Hum. Permata di-dalam Teratai. Cintakasih yang terbalut dalam Kebijaksanaan - Dua tali penghubung yang akan membawa manusia kepada Hakekat Kehidupan yang Tertinggi.

Om Ma Ni Pad Me Hum
Om Shanti
Om . . .