Selasa, 02 Desember 2008

13. Mi Le Fo - Buddha Gendut yang Gembira


Mi Le Fo adalah sosok yang paling sering di salah-pahami. Pertama - Namanya. Banyak orang Tionghoa menyebut Mi Le Fo dengan sebutan Ji Lai Hud dalam Dialek Hokkian. Begitu melihat figur Buddha Gendut yang Tertawa-tawa - orang langsung menyebut 'Ji Lai Hud ! '. Sebutan ini tidaklah benar. Ji Lai Hud dalam Dialek Hokkian adalah Ru Lai Fo - dan Ru lai Fo tidak lain adalah Buddha Sakyamuni ! Ji Lai Hud bukanlah
Mi Le Fo
! Mi Le Fo dalam Dialek Hokkian adalah Bi Lek Hud !


Karena itu - Kelenteng di Kota Ambarawa secara khusus menempatkan label nama masing-masing di bawah figur Bi Lek Hud dan Ji Lai Hud yang ada di Kelenteng tersebut. Pasti mereka telah banyak belajar dari kesalahpahaman yang sering terjadi.

Nama di salah-pahami. Penampilannya-pun sering sekali menimbulkan salah paham dan salah tafsir. Teman saya - seorang Tionghoa Buddhis - pernah mengeluh kepada saya dan mengatakan bahwa menggambarkan seorang Buddha sebagai satu figur yang Gendut dan Tertawa-tawa adalah suatu bentuk pelecehan dalam menggambarkan seorang Buddha. Dibenaknya - seorang Buddha haruslah digambarkan sebagai satu figur yang berwajah serius, dengan mata setengah terpejam, duduk bersila dalam posisi meditasi - menyungging satu senyuman misterius yang menyiratkan Kebijaksanaan Tertinggi. Ah - dia tidak mengerti !

Kemudian juga - seorang wanita Barat Buddhis - seperti yang saya baca di salah satu Situs internet bertanya setengah meratap : ' Why is Buddha portrayed to be so enormously fat ? ' .
Ia pun bertanya-tanya dengan sedih : ' Kenapa Buddha digambarkan begitu Gendut ? '.
Jawaban yang datang dari seorang Barat lain justru membingungkan karena ia mengatakan bahwa ' Mi Le Fo must be the Santa Claus Buddha ! '. Mi Le Fo malahan dianggap sebagai seorang Santa Klaus Buddha karena bertubuh tinggi besar, gendut, selalu tertawa, selalu membawa karung dan senang bermain dengan anak-anak - persis seperti Santa klaus !
Santa Klaus Buddha ??

Sesungguhnya - Mi Le Fo , Bi Lek Hud atau Miroku dalam Bahasa Jepang adalah personifikasi dari Maitreya - Sang Buddha Masa Depan - seperti yang digambarkan oleh Tiongkok. Yang menjadi model acuan adalah seorang Bhikksu yang bertubuh tinggi besar, ber-perut gendut buncit menonjol ke depan, wajah bulat - selalu gembira dan tertawa lebar dan senang bermain dengan anak-anak kecil. Dia adalah Bhikksu Bu Dai / Pu Tai. Hotei dalam Bahasa Jepang. Bhikksu ini adalah seorang figur sejarah yang sungguh pernah hidup di Tiongkok pada masa Ahala/Dinasti Tang ( 618-907Masehi ). Bhikksu Bu Dai dalam kesehariannya memang sangat memperhatikan anak-anak kecil. Senang bermain dengan mereka - dan anak-anak pun sangat menyayangi dan mencintainya.

Bhikksu ini juga selalu mengenakan jubah besar yang kedodoran hingga perutnya yang gendut buncit menonjol ke depan. Selalu tertawa gembira - membawa tongkat dan kantong kain besar. Karena itu - ia sering mendapat julukan Bu Dai He Xang - artinya Bhikksu yang membawa Kantong Kain Besar. Lambat laun, nama aslinya Chik Che - pun dilupakan orang. Selanjutnya ia dikenal sebagai Bhikksu Bu Dai.

Di samping senang bermain dengan anak-anak kecil, Bhikksu Bu Dai juga selalu membantu para petani - berada di tengah mereka dan membantu mereka mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi.Konon Bhikksu yang satu ini dikenal sakti mandraguna. Dan terkadang beliau menunjukkan kesaktiannya untuk membantu petani menyelesaikan masalah mereka dengan cepat dan untuk menyenangkan hati anak-anak kecil yang hampir selalu berada di dekatnya.

Anak-anak kecil - makhluk yang polos dan lugu - menjadi idola Bhikksu Bu Dai. Dan ia tidak sendiri .Bukan-kah Yesus pun menyenangi kehadiran anak-anak kecil dan senang bermain dengan mereka? Bahkan pada suatu ketika - ketika seorang muridnya mempermasalahkannya - Yesus menjawab dengan lugas : 'Sesungguhnya aku berkata kepadamu, kecuali jika kamu bertobat dan menjadi seperti anak-anak kecil ini - kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan dirinya dan menjadi seperti anak kecil ini - dia lah sesungguhnya yang terbesar dalam Kerajaan Sorga !'. ( bacalah di Injil Matius 18 :3-4 )
Memang - Kesadaran Murni harus didahului oleh Pikiran Murni - pikiran yang Lugu, Polos - bagaikan pikiran seorang anak kecil !

Ketika telah tiba saatnya Bhikksu Bu Dai harus meninggalkan dunia ini ( terjadi pada Tahun 916 Masehi ) - Ia meninggalkan sebuah Sanjak, sebuah Puisi kecil yang ditulisnya di sudut Biara Yek Lin di Tiongkok. Penggalan dari Sanjak yang ditulisnya itu berbunyi demikian :

Maitreya , oh . . . . Maitreya
Menjelma dalam Sejuta Rupa
Senantiasa datang mengunjungi Dunia ,
Manusia sendiri tidak mengenalinya.

Maitreya telah datang ke Dunia, Namun manusia tak mengenalinya. Demikian ditulis oleh Bhikksu Bu Dai di Biara Yek Lin pada saat meninggalnya. Umat Buddha Tiongkok kemudian meyakini bahwa Bhikksu Bu Dai tak lain adalah pra-inkarnasi dari Maitreya. Sejak saat itulah - Tiongkok menggambarkan wujud Maitreya - Sang Buddha Masa depan - sesuai penampilan fisik Bhikksu Bu Dai ini. Dan demikianlah kisah lahirlah - Mi Le Fo - Buddha Gendut yang Gembira yang khas Tiongkok ini.

Dalam Buddhisme Zen - lebih mengejutkan lagi - Mi Le Fo bahkan menjadi Lambang Tingkat Pencerahan yang Tertinggi. Ia muncul dalam Gambar ke Sepuluh - Gambar paling Akhir - dalam Ilustrasi Sepuluh Tingkat Peningkatan Kesadaran Manusia yang berakhir pada Pencerahan Tertinggi pada Gambar ke Sepuluh. Di situlah dimunculkan figur Mi Le Fo oleh Kuo An Shih Yuan (dikenal di Jepang sebagai Kakuan Shien) - seorang Master Zen Tiongkok dari Abad ke 12. Mi Le Fo sebagai Lambang Pencerahan Tertinggi? Ini pasti membingungkan.

Tetapi bagi Anand Krishna - seorang Guru Besar Spiritual keturunan India - penggambaran Mi Le Fo sebagai Lambang Pencerahan ini sudah sangat jelas. Dalam salah satu bukunya yang berjudul 'Zen untuk Orang Modern' - Shifu Anand ( demikian saya menyebut beliau ) menulis :

Gambar ke Sepuluh adalah gambar Terakhir. Setelah pikiran dikendalikan, setelah kesunyataan tercapai,setelah keheningan diperoleh, lantas apa?
Haruskah Anda duduk diam atau menyendiri? Tidak, Anda kembali lagi ke Dunia ini, ke Pasar Dunia ini. Sekarang anda bahagia. Anda menikmati perjalanan hidup. Dan siapa pun yang bertemu dengan Anda, ikut merasa bahagia, ikut menikmati kehidupan.

Ia yang telah mencapai ke-Buddha-an, ia yang sudah mencapai Kesadaran Murni, tidak digambarkan sebagai seorang pendeta atau pastor atau ulama yang berparas muka serius. Justru sebaliknya, seorang Buddha, seorang Kristus, seorang Nabi adalah pribadi-pribadi yang murah senyum. Apabila sedang ketawa, ia akan tertawa sepenuhnya, terbahak-bahak.

Cina memiliki latar belakang budaya yang sangat tinggi, sangat indah. Seorang Buddha yang menunda masuk ke alam Nirvana digambarkannya sebagai
Mi Le , atau Maitreya - sahabat Alam Semesta. Ia berbadan besar. Perutnya buncit, keluar. Perut buncit ini sangat bermakna - yang berarti bahwa apabila sedang ketawa, ia ketawa sepenuhnya, dari perut. Kita tidak selalu demikian. Ketawa kita pun seringkali palsu. Tawa kita tidak keluar dari perut, tidak sepenuhnya.


sekarang . . .
pendapat saya pribadi :

Tiongkok bertemu India : Konsep Taoisme bertemu Buddhisme.

Pada hemat saya - makna perwujudan Mi Le Fo merupakan suatu sinkrentisme antara Ideal Taoisme dan Buddhisme : suatu sinkrentisme penggambaran 'Seorang Bijak' dalam Taoisme dan penggambaran 'Seorang Pencapai Pencerahan' dalam Buddhisme.
Buddhisme Zen yang ketika masuk ke Tiongkok mengalami pergulatan dengan Taoisme dan Konfusianisme - tak pelak telah menyerap berbagai unsur dalam Taoisme dan Konfusianisme. Dari Taoisme terserap unsur penekanan pada Kesederhanaan dan Harmoni dengan Alam. Dari Konfusianisme terserap unsur pragmatisme : pendekatan terhadap kehidupan yang bersifat sangat membumi. Menghadapi hidup dengan praktis.

Kembali ke perwujudan Mi Le Fo. Penggambaran wujud fisik Bhikksu Bu Dai yang berwajah bulat, tinggi besar berperut buncit, selalu tertawa lebar dengan gerak-gerik yang serba polos kekanakan - menjadi suatu penggambaran ideal 'Seorang Bijak' dalam Taoisme.

Para Bijak amat polos dan sederhana
Itu sebabnya, Dunia ini
menganggap mereka bodoh.
Dari perilakunya - yang muncul dari kepolosan hati -
Ia terlihat dan terdengar
seperti anak kecil.

Tao Te Ching : 49

Karena itulah - dalam menggambarkan Maitreya - Sang Buddha Masa Depan - Tiongkok kemudian memunculkan wujud fisik Bhikksu Bu Dai sebagai perwujudan yang khas guna mengakomodasi nuansa Taoisme dan Buddhisme. Lahirlah kemudian - seperti yang sekarang kita saksikan : Mi Le Fo - Sang Buddha Gendut yang Gembira !


p e n u t u p . . . . .

Apakah Anda terkejut dengan apa yang barusan Anda baca? Apakah Anda tidak percaya? Apakah Anda ingin memperdebatkan dan mempermasalahkannya?
Kalau begitu . . . Anda harus bertanya langsung kepada Mi Le Fo - kepada Bhikksu Bu Dai - Apakah semuanya ini memang benar.
Dan yakinlah bahwa ia tidak akan pernah melayani perdebatan Anda. Ia tidak akan peduli pada keberatan Anda. Ia hanya akan tertawa - hahaha, hahaha, hahaha !
Dan ia akan mengajak Anda tertawa. Menertawakan Dunia yang Gila ini. Mengajak Kita menertawakan Diri Kita sendiri - dan terutama Mengajak Anda menertawakan Diri Anda sendiri !

Hahahahaha !